Minggu, 25 Februari 2018

“POLEMIK MAHASISWA ZAMAN NOW”



Izinkan saya sedikit bercerita, Karya kecil ini layaknya narasi singkat yang dibalut dengan alur padat dan penuh provokatif. Dari awal-awal perkuliahan hingga akhir, layaknya seorang mahasiswa baru yang barsemangat dalam menyanyikan lagu darah juang karya John Tobing. Saya selalu mendambakan menjadi mahasiswa yang memiliki ide-ide progresif, berwawasan luas, berani mengkritik, serta berkepihakan kepada kebenaran. Saya terus mencoba belajar memupuk benih-benih kejujuran membebaskan rasa takut akan realitas kehidupan. Ketika rasa gundah terus menggeliat dalam pikiran, saya terus berproses dengan memahami buku-buku pergerakan, berorganisasi, hingga mengikuti massa aksi. yaa saya rasa, saya telah cukup mendapatkan sisi romantisme dunia kampus.
Dunia kampus merupakan dunia yang sangat diidam-idamkan oleh kebanyakan orang, tapi tak semua bisa merasakannya. Beruntunglah kita yang telah mencicipi bangku perkuliahan. Maka sudah syogyanya kita memaksimalkan dan mengamalkan status kita  untuk menggapai cita-cita. Cita-cita yang seperti apa ?  sebagai seorang perbankan, duduk di kantor dengan ruang ber AC ? sebagai teknisi, dengan proyek-proyek besar yang membuat dompet terisi ? atau bahkan politisi, yang ahli dalam bersilat lidah dan berargumentasi ? contoh-contoh diatas ialah profesi yang dijadikan tujuan awal ketika kita menapaki jejak perkuliahan. Dengan didorong dengan perasaan yang haus akan materil maka ambisi untuk mencapainya terus menggebu. Maka kuanjurkan untuk berpikir sejenak dari ambisi yang konsevatif itu. Kerena pada hakikatnya bukan ambisimu yang keliru, tapi cita-cita yang seperti itu yang teramat sederhana itu yang dikatakan bung eko prasetyo.
Perguruan tinggi merupakan salah satu subsistem pendidikan nasional. Keberadaannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara berperan penting melalui implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Hal itu termaktub dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Pasal 20 Ayat 2). Saat ini peran dan kesadaran mahasiswa akan Tri Dharma Perguruan tinggi semakin menurun, derasnya arus global membuat para mahasiswa hanya memikirkan kepentingannya sendiri dan mengabaikan perannya sebagai agen perubahan.
Maka dari itu sudah sepantasnya perguruan tinggi kian memupuk kembali titah tri dharma perguruan tinggi kepada para mahasiswanya agar mereka terpantik kesadarannya bahwa sebagai mahasiswa mereka bertanggung jawab untuk memberikan solusi atas permasalahan yang ada dalam suatu bangsa.
Bagiku sendiri menjadi seorang mahasiswa adalah mandat yang di berikan Tuhan untuk dapat berbuat sesuatu untuk dirinya dan linkungannya. Pendidikan adalah corong kemajuan suatu bangsa. Dengan pendidikan sebuah bangsa akan berdiri kokoh dalam derasnya arus global. Akhir-akhir ini, penulis amat mengkhawatirkan pendidikan di indonesia. Konflik elektoral yang terjadi di sekolah maupun universitas menjadi pangkal permasalahan yang melanda di indonesia. Beberapa kasus seperti sistem UKT, kasus jual beli ijasah, pungli dan nepotisme di lingkungan pendidikan semakin masif. Ini menandakan masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi oleh pemerintah. Konsep yang dijalankan universitas sekarang ialah hanya mengikuti arus pasar sehingga sangat bertolak belakang dengan cita-cita bangsa untuk dapat menghapus kesenjangan sosial dan memberikan keseimbangan ekonomi.
Masih banyaknya penindasan terhadap rakyat kecil menandakan pendidikan di indonesia tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Contoh kasusnya ialah perampasan ruang hidup petani kendeng yang menyebabkan hilangnya pekerjaan petani akibat lahannya telah di eksploitasi oleh korporasi, belum lagi ruang hidup yang semakin sempit akibat pembabatan lahan pertanian di kaki gunung selamet akibat pembangunan PLTP Baturraden membuat kaum merhaen semakin dikebiri oleh derasnya arus global. Estetika alam-pun semakin buruk yang menyebabkan aliran air sungai berkeruh, padahal sebelum dibangunnya proyek tersebut airnya bersih dan indah. Nah, hal ini seharusnya jadi Peer besar mahasiswa untuk mendorong pemerintah agar proses perampasan ruang hidup itu di hentikan kemudian memberikan solusi agar pembangunan tidak memiliki dampak terhadap kehidupan masyarakat sekitar. Tetapi dengan terkungkungnya mahasiswa dengan sistem yang diterapkan oleh pemerintah yang lebih condong kepada akademik, pergerakan mahasiswa menjadi tumpul dan hanya berjibaku dengan kurikulum – kurikulum konservatif yang notabene membatasi ruang gerak mahasiswa untuk dapat berkontribusi terhadap rakyat, belum lagi sikap preventif kampus yang membuat mahasiswa menjadi terbelenggu. Fenomena saat ini, menjadikan mahasiswa bukan lagi sebagai solusi agen perubahan maupun sosial kontrol melainkan sebagai sapi perah untuk kebutuhan pasar. Hal tersebut merupakan antitesa dari cita – cita bapak pendidikan bangsa yaitu Ki Hadjar Dewantara yang ingin agar pendidikan di indonesia dapat memanusiakan manusia, bukan untuk kepentingan pribadi.

Sabtu, 24 Februari 2018

"MEREPARASI POLA PIKIR YANG STAGNAN & MENDEKOR ULANG GAGASAN USANG"

"Aku kikuk berhadapan pada kenyataan, jangankan bertemu dan bercengkerama, menyapanya saja aku tak sanggup sungguh aku malu"

mungkin kutipan di atas adalah sebuah keputusasaan. keputusasaan seseorang pada kenyataan hidupnya karena ter-stagnasi. adakalanya di setiap perjalanan kita dipertemukan pada jalan buntu. perlu sedikit dipahami, sejatinya jalan buntu dapat membawa kita pada tempat tujuan yang lebih luas. bingung ??
memang ini terlihat seperti hal yang utopis tapi tidak jika kita dipertemukan pada fantasi yang luas. jalan buntu, akan membuat kita terus berfikir ke arah mana kita mencari jalan keluar yang berbeda, dengan spektrum bervariasi kita dipaksa untuk berlatih berfikir dengan meninggalkan gagasan usang dan menggantinya dengan gagasan progresif di luar nalar. tentu itu dibarengi dengan intensitas kita belajar memahami, belajar dari pengalaman, maupun menganalisis berbagai persoalan secara tajam dan dinamis. dunia ini terlihat luas jika dirasa tapi jika kita pahami dunia ini sempit. dengan pola pikir kita yang imajinatif kita mampu mengubah gagasan bahwa dunia itu sempit, dengan suatu teknologi. contohnya internet, kita bisa mengetahui belahan dunia mana-pun tanpa kita harus menjamahnya. itu menandakan bahwa pola pikir yang imajinatif di luar batas-batas fantasi kita adalah sebuah perubahan pola pikir dari stagnasi menjadi ter-polarisasi.
nah, jika kita kaitkan dengan jalan buntu tadi, kita hanya terpaku pada satu poros. tidak dengan pengembangan daya pikir yang luas padahal jika kita berfikir dengan spektrum lebih luas jalan buntu tadi hanyalah keniscayaan.
maka dalam ayat suci yang menyatakan bahwa, “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan ” (QS. Al-Insyrah: 5-6). dari ayat tersebut mengulang kalimat yang meyakinkan kita bahwa paska kesulitan pasti ada kemudahan. nah, keterbelengguan kita terhadap kesulitan itulah yang membuat kita ter stagnasi pada jalan buntu itu. padahal kita dianjurkan untuk terus melawan ketakutan, dan ketidakmungkinan agar terbebas dari rasa putus asa.

kiranya ini adalah keresahan penulis dalam melihat sosio - historis masa transisi paska meninggalkan label mahasiswa yang membuat mereka terpaku pada dunia kerja. padahal banyak cara lain yang bisa mereka tempuh untuk dapat berdiri kokoh pada fana-nya dunia. selamat membaca kamerad !☕